Beritabogor24jam.com – Wilayah Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, masuk dalam zona gerakan tanah kategori menengah hingga tinggi.

Informasi tersebut dirilis oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dalam peta gerakan tanah yang berlaku untuk Agustus 2025.

Peta tersebut menunjukkan bahwa Sukamakmur menjadi salah satu dari sejumlah wilayah di Kabupaten Bogor yang memiliki potensi tinggi terhadap bencana longsor, terutama saat curah hujan meningkat.

PVMBG menegaskan, daerah dengan klasifikasi ini berpotensi mengalami pergerakan tanah baik dalam skala kecil maupun besar yang dapat mengancam pemukiman dan infrastruktur.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid, menjelaskan kawasan tersebut sangat rawan gerakan tanah, terutama saat curah hujan tinggi.

“Artinya daerah ini mempunyai potensi menengah hingga tinggi untuk terjadi gerakan tanah apabila dipicu oleh curah hujan yang tinggi atau di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali,” kata Wafid dalam keterangannya.

Badan Geologi juga meminta masyarakat melakukan pemantauan mandiri dan segera melapor jika terjadi perkembangan seperti retakan meluas, rembesan air baru, atau perubahan pada sumber mata air.

“Masyarakat diimbau melakukan pemantauan secara mandiri terutama ketika curah hujan meningkat dan melaporkan ke pihak berwenang atau BPBD jika gerakan tanah berkembang secara signifikan. Bagian rumah yang rusak berat untuk sementara tidak digunakan sebagai tempat berkumpul atau beristirahat,” jelas Wafid.

Rekomendasi Mitigasi

Wafid merekomendasikan pembangunan rumah panggung atau bangunan tidak permanen sebagai bentuk adaptasi lokal.

Rumah dengan konstruksi rigid seperti tembok atau lantai keramik berisiko tinggi mengalami kerusakan jika gerakan tanah terjadi kembali.

“Untuk ke depannya tidak mengembangkan pemukiman kearah lereng yang terjal. Daerah ini rawan terjadi gerakan tanah lambat sehingga diperlukan adaptasi lokal (kearifan lokal) di lokasi ini dengan bangunan berupa rumah panggung, bukan permanen, bukan konstruksi rigid,” tandasnya.

Selain itu, retakan harus segera ditutup dengan tanah liat dan dipadatkan.

Sistem drainase harus diperbaiki agar air tidak masuk ke zona retakan.

Tanaman berakar kuat dan dalam juga disarankan untuk memperkuat lereng.

Dari laporan yang didapat, gerakan tanah lambat tersebut sudah berdampak luas.

Sebanyak 12 rumah mengalami rusak ringan, satu rumah rusak sedang, dan dua rumah rusak berat.

Total 54 warga terdampak, termasuk 15 orang yang mengungsi untuk menghindari risiko lanjutan.

Secara geografis, lokasi berada di dekat kelokan sungai pada ketinggian 207 meter di atas permukaan laut (mdpl), dengan kontur lereng landai namun rentan.

Wafid juga meminta, warga meningkatkan kewaspadaan dan tidak menggunakan bagian rumah yang sudah mengalami kerusakan berat.