Beritabogor24jam.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) menegaskan pentingnya menjaga ingatan kolektif masyarakat terhadap peristiwa Gerakan 30 September/PKI (G30S/PKI).

Menurut Kepala Bakesbangpol Kabupaten Bogor, Ferdinando Selmi Pardede, tragedi kelam tersebut harus terus dikenalkan kepada generasi penerus bangsa sebagai bagian dari edukasi sejarah nasional.

Ferdinando menyampaikan, bangsa Indonesia bisa bertahan dari berbagai ancaman, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, berkat kokohnya dasar negara yaitu Pancasila.

Pihaknya menegaskan, nilai-nilai Pancasila relevan untuk diterapkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia hingga saat ini.

“Dalam edukasi sejarah itu bisa dari berbagai sisi. Dari sisi formal tetap berjalan di sekolah-sekolah, sementara dari sisi spiritual bisa melalui pendekatan berbeda. Intinya negara kita bisa survive dari rongrongan karena kesaktian Pancasila itu sendiri, karena dasar negara kita begitu kuat dan cocok diterapkan di Indonesia,” kata Ferdinando, Rabu, 1 Oktober 2025.

Gen Z Perlu Diberi Pemahaman Sejarah

Lebih jauh, Ferdinando menyoroti pentingnya pemahaman sejarah bagi generasi muda, khususnya Gen Z yang lahir setelah tahun 2000.

Dirinya menilai, kelompok ini belum sepenuhnya mengenal fakta sejarah G30S/PKI sehingga perlu pendekatan edukasi yang lebih relevan dengan karakter mereka.

Salah satu metode yang dapat dilakukan, kata Ferdinando, adalah melalui kegiatan nonton bareng (nobar) film G30S/PKI.

Kegiatan tersebut pernah digagas oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dalam beberapa tahun terakhir sebagai bentuk pengingat bagi generasi baru.

“Itu salah satu cara untuk kembali reminding generasi muda, khususnya Gen Z, yang lahir di tahun 2000-an dan mungkin belum tahu informasi seutuhnya mengenai peristiwa itu,” ungkapnya.

Meski demikian, Ferdinando mengakui, perbedaan sudut pandang terhadap sejarah merupakan hal yang wajar dalam kehidupan berbangsa.

Menurutnya, pemerintah tidak memiliki maksud lain dalam menyampaikan kembali peristiwa G30S/PKI selain untuk memberikan edukasi yang berlandaskan pada fakta.

“Intinya kita terus berusaha menginformasikan sejarah kepada masyarakat, di luar intrik-intrik yang berkembang. Mungkin masa lalu ada berbagai versi, tapi pemerintah hanya ingin mengingatkan. Sampai hari ini peristiwa G30S/PKI tetap bagian dari sejarah, belum ada sejarah baru yang menggantikan,” jelasnya.

Lebih lanjut, Ferdinando menekankan bahwa peran satuan pendidikan sangat vital dalam menyampaikan sejarah G30S/PKI kepada peserta didik.

Ia menyebut, metode pembelajaran sekarang harus lebih interaktif agar dapat dipahami dengan baik oleh generasi muda.

“Pembelajaran sekarang kan lebih ke biologis, berbeda dengan dulu yang cenderung monolog. Guru dan pendidik sekarang sudah paham cara menyampaikan sejarah bangsa dengan pendekatan yang lebih efektif agar bisa diterima generasi saat ini,” pungkasnya.