Beritabogor24jam.com – Warga Bojonggede, Kabupaten Bogor, masih diselimuti duka dan rasa tidak percaya setelah kabar kematian bocah berusia enam tahun, M. Arassya Alfarik, mencuat ke publik.
Bocah malang itu diduga menjadi korban penganiayaan oleh ibu tirinya sendiri.
Tragedi ini mengguncang warga sekitar yang mengenal sosok anak tersebut sebagai pribadi pendiam namun sopan.
Salah satu warga, Irma (37), bahkan menjadi saksi hidup yang sempat melihat langsung kondisi mengenaskan korban beberapa hari sebelum meninggal dunia.
“Anak itu datang ke warung beli jajanan. Dari situ saya langsung salfok sama kondisinya,” ujar Irma saat ditemui di warungnya, Kamis, 23 Oktober 2025.
Irma menuturkan, tubuh sang bocah tampak dipenuhi luka di hampir seluruh bagian tubuhnya.
Luka-luka itu, kata dia, terlihat jelas dan tidak mungkin diakibatkan oleh kecelakaan biasa.
“Seluruh tubuh pokoknya. Dari ujung kepala sampai ujung kaki itu luka semua. Mata kiri dia berdarah di dalamnya tuh. Pokoknya yang warna putih ini tuh jadi merah. Ibaratnya abis kena tonjok, nah itu kayak gitu. Nah di sini lebam, sini lebam, dan sini lebam. Pokoknya tuh muka lebam warnanya biru-biru kemerahan. Di sini kan jendol ya, di sini jendol gede gini sebola apa kali ya,” ucap dia.
Lebih lanjut, Irma menjelaskan, luka paling parah tampak di bagian belakang kepala sang bocah.
“Paling gede itu di belakang kepala, di belakang kepala waktu pas pertama dia datang segede kepalan tangan gini, kalau kata suami yang kebetulan perawat ya itu jadi apa kayak gumpalan darah,” sambungnya.
Bocah Masih Sempat Tersenyum di Tengah Luka
Karena iba, Irma mencoba berbicara pelan dengan korban yang tampak lemah dan ketakutan. Percakapan singkat itu justru membuat hati Irma terenyuh.
“Saya bujuk-bujuk, saya tanya pelan, ‘Kamu dipukul, ya?’ Dia sempat ngangguk, terus geleng lagi. Waktu saya tanya, ‘Dipukul mamah, ya?’ dia ngangguk lagi tapi cepat-cepat geleng. Dari situ saya tahu, dia dipukul,” katanya.
Meski tubuhnya penuh luka dan tampak kesakitan, bocah tersebut masih berusaha tersenyum.
“Mukanya pucat, jalannya juga gak benar, tapi masih bisa senyum, masih bisa ketawa kecil. Padahal kita lihat sendiri badannya udah gak normal. Tulang punggungnya menonjol, kayak orang skoliosis,” imbuhnya.
Irma juga mengaku melihat bekas luka bakar dan sundutan rokok di beberapa bagian tubuh korban. Temuan itu semakin memperkuat dugaan bahwa sang bocah mengalami kekerasan dalam waktu lama.
“Di tangan, kaki, punggung. Banyak banget. Tapi ibunya tetap nyuruh dia ke warung. Padahal dia jalan aja udah susah,” katanya dengan nada getir.
Menurut keterangan warga sekitar, keluarga korban dikenal tertutup dan jarang berbaur dengan lingkungan.
Mereka juga kerap berpindah tempat tinggal, terutama saat warga mulai mencurigai kondisi anak tersebut.
“Gak pernah keluar rumah, sebelumnya dikontrakan lama juga kalau ditegur warga perihal anaknya, biasanya pindah kontrakan. Mereka pindah-pindah terus, paling lama dua bulan di satu tempat,” jelas Irma.
Kini, setelah kematian bocah malang itu menjadi sorotan publik, warga Bojonggede berharap agar pihak berwenang dapat menuntaskan kasus ini dan memberikan keadilan yang pantas bagi korban.
“Saya cuma berharap keadilan buat anak itu. Kasihan, masih kecil tapi disiksa begitu,” ujarnya lirih.










