Beritabogor24jam.com – SMKN 1 Gunungputri, Kabupaten Bogor, memberlakukan sistem pembelajaran daring bagi seluruh siswa setelah atap sekolah ambruk akibat tertimpa pohon saat hujan deras disertai angin kencang, pada Senin, 3 November 2025.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubinmas SMKN 1 Gunungputri, Karyadi, mengatakan bahwa kebijakan belajar dari rumah dilakukan untuk menjaga keselamatan siswa sambil menunggu proses pemulihan pascakejadian.

“Untuk saat ini murid dari SMKN 1 Gunungputri pembelajaran daring di rumah masing-masing dan kami sedang melakukan proses tanggap darurat untuk anak-anak kami yang sedang kena musibah di rumah sakit. Kami juga melakukan pemantauan terhadap kondisi mereka,” ujar Karyadi saat ditemui di sekolah, Selasa, 4 November 2025.

Karyadi menjelaskan, dari total 41 siswa yang menjadi korban, kini tersisa lima orang yang masih menjalani perawatan di rumah sakit.

“Saat ini dari 41 korban sisa 5 yang masih di rumah sakit, ada 2 orang di RS Kenari Ghara Medika Cileungsi dan 3 orang di RSUD Cileungsi. Itu yang parah, sedangkan sisanya sudah di rumahnya masing-masing,” terangnya.

Sebagian besar korban mengalami luka lecet di tangan, kaki, dan kepala, sementara beberapa lainnya mengalami dislokasi otot dan sendi akibat tertimpa material bangunan.

“Iya, sebagian besar umumnya kena lecet baik di kaki, tangan, dan kepala. Yang parahnya itu dislokasi, pergeseran sendi otot. Nah itu yang sedang di rumah sakit,” jelasnya.

Kronologi Kejadian

Karyadi mengatakan lebih lanjut, seluruh korban merupakan siswa SMKN 1 Gunungputri.

Peristiwa itu sendiri terjadi sekitar pukul 14.40 WIB ketika hujan deras disertai angin kencang menyebabkan pohon tumbang menimpa atap ruang kelas.

Dari lima kelas yang sedang beraktivitas saat kejadian, satu kelas yang sedang praktik di bengkel berhasil selamat, sedangkan empat kelas lainnya terdampak langsung.

“Anak-anak kami dari lima kelas itu, satu kelas sedang praktik di bengkel, kebetulan jadi alhamdulillah yang satu kelas itu aman,” ungkapnya.

Empat kelas yang terdampak diketahui tengah melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan pemeriksaan kesehatan dari puskesmas setempat.

“Anak-anak sebagian gantian, ada yang pemeriksaan, ada yang di kelas. Nah, yang kena musibah itu kelas 12 Teknik Pengelasan sama Teknik Mesin,” jelasnya.

Lebih lanjut, pihak sekolah masih menunggu hasil pemeriksaan dari kepolisian dan tim laboratorium forensik sebelum proses pembersihan puing dilakukan.

“Iya, kami sedang menunggu proses dari puslabfor dan kepolisian untuk menganalisis sebelum puing-puing dibersihkan. BNPB juga sudah siap bersama pihak kabupaten dan relawan, tapi masih menunggu hasil analisis dari kepolisian,” pungkasnya.